Hubungan Sehat Itu Seperti Dua Garis Dalam Tanda '= (sama dengan)'

Dear all;

Pada Sabtu, 14 Juli 2018 lalu sekumpulan perempuan membahas dan mempertegas arti dari hubungan sehat untuk diri mereka sendiri dan juga bagi orang lain dalam table talk yang terkait dengan salah satu program Cewequat Sisterhood 2018 batch 1.

Bagi sebagian orang, persepsi hubungan sehat hanya hubungan antara pasangan semata. Namun definisi yang kami bahas lebih luas dari sekedar hubungan dengan kekasih, melainkan hubungan dengan sekitar kami yaitu dengan keluarga, teman, guru dan tentu saja dengan pasangan juga. Pada table talk ini, semua peserta table talk juga sangat terbuka dan sangat antusias bertukar pikiran mengenai hubungan sehat dalam hidup mereka. Sesi kali ini juga diawali dengan sesi ice breaking dimana satu per satu peserta mengambil pertanyaan sederhana dan wajib dijawab dengan cepat. Setelah sesi ice breaking berlalu, kami mulai ke sesi yang lebih serius yaitu sesi sharing.
Beberapa di antara kami menceritakan tentang hubungan sehat yang berkaitan dengan keluarga. Kebanyakan peserta sangat disayangi oleh anggota keluarganya, didukung tanpa adanya sikap posesif atau over protective dari anggota keluarga. Kebetulan peserta yang bercerita ini merantau dari daerah lain ke Jakarta. Hubungan dengan saudara kandung juga cenderung akur. Namun sebagian besar peserta tidak terlalu akrab dengan keluarga besar baik dari ibu dan ayah. Masing-masing keluarga dari keluarga besar lebih suka hidup mandiri dan tidak dicampuri urusannya.

Ada pula kisah hubungan mendalam seorang murid dengan ibu gurunya yang dianggap sebagai orang tuanya dan membentuk kepribadian dari murid tersebut. Karena secara tidak sadar pada generasi 90an dan milenial, sebagian besar waktu aktif lebih banyak dihabiskan di sekolah dan label bahwa guru adalah orang tua di sekolah menjadi suatu  yang semakin nyata bukan lagi sebuah label. 
Salah satu peserta memiliki masalah dengan teman akrabnya dan hingga kini kebencian terhadap temannya tidak baik (saling membenci). Namun masing-masing pihak sudah menyelesaikan perkara ini dengan tidak menjalin hubungan satu sama lain dan menjalani hidup masing-masing.
Hal paling menarik adalah ketika peserta bercerita mengenai hubungannya dengan kekasihnya yang sudah terjalin bertahun-tahun (paling lama bahkan 9 tahun). Putus-nyambung dalam hubungan seringkali terjadi. Keluarga dari kedua belah pihak juga sudah saling mengenal (namun belum sampai tahap pembicaraan serius seperti lamaran). Setelah diusut lebih jauh ternyata terdapat masalah dan hubungan yang terjalin ini tidak sehat di antara pasangan kekasih dimana salah satu pihak tidak berkembang sejalan dengan pihak yang lainnya. Pihak pria melarang pacarnya mengobrol atau kontak meski sebatas hubungan pekerjaan dengan pria lain. Bahkan membaca chat WA dari pacarnya secara konsisten. Dari hal itu mendorong pihak yang tidak berkembang ini cenderung menjadi posesif hingga berujung pada hubungan yang terjalin dalam jangka panjang namun hingga saat ini belum terlihat tujuan bersama. Ada juga seorang perempuan yang bercerita bahwa dirinya terlanjur menjalin hubungan akrab dengan seorang pria dan menikmati situasi yang dipenuhi kasih sayang serta limpahan perhatian khusus dari seorang pria meski pria tersebut sudah memiliki kekasih. 

Sebenarnya apa sih hubungan sehat itu? Berdasarkan sharing quotes dari Bunga Mega, hubungan sehat dapat terjalin ketika diri seseorang sudah selesai dengan segala hal dari masa lalunya dan ketika seseorang yang meski sendiri juga tidak mencari orang lain hanya untuk sekedar mengisi kekosongan. Bagi saya sendiri, hubungan ideal yang sehat bisa terbentuk bila:
1. Kedua belah pihak tahu dan sadar mengenai inti dari hal yang diperdebatkan apabila muncul suatu konflik. Salah satu pihak secara dewasa bersedia mengakhiri pertengkaran sehingga tidak ada lagi hal yang tidak terselesaikan di antara dua pihak.
2. Ketika pihak yang satu menyayangi dengan tulus pihak yang lain, ia akan berusaha dengan segala cara agar pihak yang lain berkembang dan tetap bisa bersama mereka tanpa memaksa mereka berkembang dengan cara yang tidak mereka sukai. Contoh, ketika temanmu menjadi partner bisnismu yang berbisnis di luar negeri dan ternyata temanmu tidak memiliki kemampuan berbahasa asing yang baik namun ia tidak menyukai kegiatan les bahasa, maka kamu bersedia menjadi partner latihannya.
3. Berikan ruang untuk satu sama lain dan hormati haknya. Meski sudah akrab, jangan coba melewati batas privacy masing-masing pihak. Mereka masih punya hak untuk tidak menjawab semua pertanyaanmu dengan berbagai alasan pribadi mereka. Jika demikian, jangan memaksa.

Hubungan itu hendaknya seperti tanda sama dengan '=', terdiri dari dua garis lurus dan sama panjang. Berada pada posisi yang sejajar. Apabila garis yang lain menyimpang atau melanggar ke area lain, maka tidak lagi menjadi sebuah sama dengan '='. Biarkan dua garis lurus itu memanjang dan terbentuk ke arah yang sama hingga membentuk sebuah harmoni. 



With love,
Devina Wijaya

#CQSisterhood2018
#CewequatSisterhood2018
#Cewequat
#temancurhatsehat
#CewequatSisterhood2018batch1



Comments

Popular posts from this blog

Masa Lalu, Keluarga, dan Genogram